Oleh :
FATHUL INAYAH, S.Pd.I, M.Pd.I
GURU AQIDAH AKHLAK MIN 1 PURWOREJO
Madrasah merupakan salah satu lembaga penyelenggara pendidikan formal sama seperti halnya sekolah. Kedua lembaga penyelenggara pendidikan ini memiliki kurikulumnya sendiri-sendiri. Perbedaan yang ada dari kedua lembaga penyenggara pendidikan ini adalah kementerian yang menaunginya. Bila sekolah di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Pemuda dan Olahraga maka madrasah di bawah naungan Kementerian Agama. Perbedaan kurikulum yang mendasar terletak pada jumlah jam untuk pelajaran agama.
Pada pembelajaran formal di kelas-kelas peserta didik mendapatkan berbagai pengetahuan yang bersifat teori. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (https://unida.ac.id > artikel > apa-itu pembelajaran?). Kelemahan dari pembelajaran yang bersifat teori adalah mudah terlupakan. Untuk mengatasi kelemahan ini perlu diadakan suatu pembelajaran yang kongkrit. Pembelajaran ini mencocokan antara teori dengan kenyataan. Pembelajaran seperti ini dikenal dengan nama pembelajaran kontekstual. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2005:591) kontekstual adalah berhubungan dengan konteks. Hal ini berarti pembelajaran akan lebih bermakna bila teori didukung dengan fakta-fakta. Menurut Elaine B Johnson dalam Rusman (2017:319) mengatakan, pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merancang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna.
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep pembelajaran yang terdapat di kurikulum 2013. Dalam pembelajaran kontekstual ini peserta didik diajak secara langsung ke sumber belajar. Kegiatan pembelajaran kontekstual ini diikuti oleh kelas 1 sampai kelas 6. Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Purworejo telah melaksanakan program pembelajaran kontekstual ini. Pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020. Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Klipoh di Kecamatan Borobudur Magelang menjadi tempat belajar peserta didik secara langsung. Peserta didik belajar secara langsung di balkondes ini cara membuat benda-benda dari tanah liat. Berbagai barang berbahan tembikar dibuat di balkondes ini. Peserta didik mendengarkan penjelasan secara langsung dari pelaku pembuat gerabah dari tanah tentang sejarah berdirinya balkondes dan bahan yang digunakan untuk membuat gerabah. Tidak semua tanah cocok dijadikan bahan untuk pembuatan gerabah.
Peserta didik terlibat langsung dalam proses pembuatan gerabah. Cara ini untuk memperoleh pengalaman belajar secara langsung. Peserta didik yang belum memahami atau kurang jelas cara membuat gerabah dapat bertanya secara langsung ke pembuat gerabah. Di sini peserta didik menunjukkan cara bersopan santun dalam bertanya. Tidak asal bicara tetapi menggunakan bahasa yang baik dan benar. Bertanya dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan akidah kesopanan yang berlaku. Penggunakan bahasa yang baik dan sopan menunjukkan akhlak peserta didik yang bertanya. Ini merupakan bagian dari pelajaran akidah akhlak yang mereka pelajari di MIN 1 Purworejo. Berbagai gerabah dibuat di sini, tempat cuci tangan, asbak, mainan anak-anak, vas bunga dan lain sebagainya.
Pembelajaran kontekstual ini terbukti dapat menciptakan pengalaman belajar yang awet. Hal ini disebabkan pembelajaran kontekstual mengajak peserta didik untuk aktif secara mandiri dalam mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh peserta didik bersifat autentik. Pengalaman hasil belajar seperti ini bersifat lebih tahan lama. Dikarenakan peserta didik terlibat langsung bagaimana cara membuat gerabah. Mereka dapat mengikuti pembelajaran kontekstual ini dengan gembira. Namun demikian pembelajaran model ini membutuhkan pengelolaan yang lebih arif. Dana yang dibutuhkan untuk pembelajaran kontekstual inipun tidak sedikit. Program pembelajaran kontekstual dilaksanakan hanya sekali dalam satu semester.